Kesuksesan dalam mencapai Prestasi Belajar
|
1. Pengertian Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan
belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar
adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban.
Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses
belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Menurtut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70)
belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel
(1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun
dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan
masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses
dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi
Suryabrata,1998:231) :
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan
dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak
terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang
lain.”
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan
dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan
belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri
perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain :
a. Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman
atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa
menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan,
kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat
bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang
baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan
tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan
manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya
perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan
perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja,
disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan
manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian prestasi belajar
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang
dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai
tantangan yang harus dihadapi.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui
sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai
prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses
belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya
perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa
terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui
prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar.
Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing
(2000:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan
belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang
diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan
sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui
jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996 : 206) yang
dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau
dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan
sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu
dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang
siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah
pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam
buki laporan yang disebut rapor.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali
faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak
sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki
dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan
prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah
kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali
faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998 : 233)
dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.:
1. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
2. Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah
faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
a) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah
dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.
Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola
makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain
itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan
ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar
itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara
pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan
telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh
manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,
seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan
menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
3. Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
a) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa.
Menurut Binet (Winkle,1997 :529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk
menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri
secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi
prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi
tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang
lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah
diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah
suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki
prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
b) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri
dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi
belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap
siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal
yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
c) Motivasi
Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak
perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi
timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.
Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut
Winkle (1991 : 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas
ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat
akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
4. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada
hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan
diraih, antara lain adalah :
1). Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan
mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis
hingga pemilihan sekolah
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi
anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang
lebih rendah.
c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung,
berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan
keluarga yang harmonis.
2). Faktor lingkungan sekolah
a). Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP
akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk
ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar
b). Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik
dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa
kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya
dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas , yang
dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya
berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus
meningkatkan prestasi belajarnya.
c). Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif
sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling
penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas,
memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan
pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, palingtidak
siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
3). Faktor lingkungan masyarakat
a). Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan
mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih
memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan
cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar
b). Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran)
sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
4) Pengukuran prestasi belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu
kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses
belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang
akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut
rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa,
apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran.
Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata (1998 : 296) bahwa rapor merupakan
perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil
belajar murid-muridnya selama masa tertentu.
Syaifuddin Azwar (1998 :11) menyebutkan bahwa ada beberapa
fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :
a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)
Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam
suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat
dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata
lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap
beberapa siswa, misalnya :
1). Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas
3). Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang
dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya
penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing
siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut
dapat segera diperbaiki.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada
prestasi belajar yang telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan nilai rapor
SMU kelas II menentukan jurusan studi di kelas III.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
(fungsi formatif)
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu
program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di
sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui
apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau
tidak pada siswa tersebut.
Raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai
dengan 10, terutama pada siswa SD sampai SMU, tetaapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5
berarti tidak baik atau buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup
baik, baik dan sangat baik.
Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar
menggunakan penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu
nilai-nilai raport pada akhir masa semester I.
1. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Kecerdasan/intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.” Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.” Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.” Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.” Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.” Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.” Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. 2. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.” a. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. b. Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. c. Lingkungan Masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar