Prasetyo XII SCIENCE II
S
|
ahabatku mengaku, “sebenarnya aku ini menggunakan NSP supaya
teman teman yang meneleponku merasa senang.”
Mendengar
ungkapan tersebut, aku hanya tersenyum. Harus kuakui, pernah aku bertindak
konyol karena NSP. Ku katakan pada sahabatku agar dia tidak mengangkat teleponnya
karena aku hanya ingin mendengarkan “bukan permainan”-nya Gita Gutawa. Aku
sadar, jika ingin mendengarkan lagu favorit bisa melalui radio atau televisi,
tetapi ketika mendengarkan NSP ada pengalaman berbeda.
Setelah
lama kupikirkan, ternya aku tidak bisa lepas dari HP, itulh jawabannya. Jika ku
analisis lebih mendalam, aku seperti orang gila, senyum senyum sendiri atau
tertawa lepas hanya karena HP. Apakah kalian juga pernah punya pengalaman
serupa denganku ?
Menggelikan
memang ketika dipikirkan. Dengan menjadi pengguna jasa NSP, sesungguhnya kita
sudah menyediakan diri sebagai konsumen pasif yang tidak cerdas. Menyaerahkan
Rp. 9.000,00 atau Rp. 10.000,00 sebulan sekali untuk sesuatu yang tidak begitu
penting. Ah, jika dengan nominal tersebut kita bisa melakukan hal yang lebih
bermanfaat, mengapa harus terbuang sia sia ?
Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini, saya bukan bermaksud menggurui, tetapi
mengajak para pembaca Kreasi berefleksi. Kita sama sama mengetahui, orang tua
kita mengajarkan agar kta tidak menggangu dan merugikan orang lain. Kaitannya
dengan NSP, justru kita akan menyenangkan orang lain, tetapi pendekatan masalah
NSP bukan hanya berhenti sampai di sini. Dengan menggunakan NSP kita bertindak
mubazir. Cobalah berefleksi, NSP termasuk kebutuhan utama atau gengsi belaka ?