Selasa, 21 Februari 2012

ضَمِيْر

ضَمِيْر
DHAMIR (Kata Ganti)
Dhamir atau “kata ganti” ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang. Dhamir termasuk dalam golongan Isim Ma’rifah.
Contoh:
أَحْمَدُ يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ = Ahmad menyayangi anak-anak
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia menyayangi mereka
Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ (=dia), sedangkan الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).
Kata هُوَ dan هُمْ dinamakan Dhamir atau Kata Ganti.
Menurut fungsinya, ada dua golongan Dhamir yaitu:
1) DHAMIR RAFA’ (ضَمِيْر رَفْع) yang berfungsi sebagai Subjek.
Dhamir dapat dikelompokkan menjadi tiga macam:

1. MUTAKALLIM ( مُتَكَلِّم ) atau pembicara (orang pertama).
a)
Mufrad: أَنَا (= aku, saya) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
b)
Mutsanna/Jamak: نَحْنُ (= kami, kita) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
2. MUKHATHAB ( مُخَاطَب ) atau lawan bicara (orang kedua). Terdiri dari:
a)
Mufrad: أَنْتَ (= engkau) untuk Mudzakkar dan أَنْتِ untuk Muannats.
b)
Mutsanna: أَنْتُمَا (= kamu berdua) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
c)
Jamak: أَنْتُمْ (= kalian) untuk Mudzakkar dan أَنْتُنَّ untuk Muannats.
3. GHAIB ( غَائِب ) atau tidak berada di tempat (orang ketiga). Terdiri dari:
a)
Mufrad: هُوَ (= dia) untuk Mudzakkar dan هِيَ untuk Muannats.
b)
Mutsanna: هُمَا (= mereka berdua) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
c)
Jamak: هُمْ (= mereka) untuk Mudzakkar dan هُنَّ untuk Muannats.
2) DHAMIR NASHAB (ضَمِيْر نَصْب) yang berfungsi sebagai Objek.
Dhamir Nashab adalah turunan (bentuk lain) dari Dhamir Rafa’ yang terdiri dari:
Dhamir Rafa’
Dhamir Nashab

Dhamir Rafa’
Dhamir Nashab
أَنَا
ي

أَنْتُنَّ
كُنَّ
نَحْنُ
نَا

هُوَ
هُ
أَنْتَ
كَ

هِيَ
هَا
أَنْتِ
كِ

هُمَا
هُمَا
أَنْتُمَا
كُمَا

هُمْ
هُمْ
أَنْتُمْ
كُمْ

هُنَّ
هُنَّ
Dhamir Nashab berfungsi sebagai objek dan tidak dapat berdiri sendiri; ia terikat dengan kata lain dalam suatu kalimat, baik itu dengan Isim, Fi’il ataupun Harf.
1) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Isim dalam kalimat:
أَنَا مُسْلِمٌ، دِيْنِيَ اْلإِسْلاَمُ
= saya seorang muslim, agamaku Islam
نَحْنُ مُسْلِمُوْنَ، دِيْنُنَا اْلإِسْلاَمُ
= kami orang-orang muslim, agama kami Islam
أَنْتَ مُسْلِمٌ، دِيْنُكَ اْلإِسْلاَمُ
= engkau (lk) seorang muslim, agamamu Islam
أَنْتِ مُسْلِمَةٌ، دِيْنُكِ اْلإِسْلاَمُ
= engkau (pr) seorang muslim, agamamu Islam

2) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Fi’il dalam kalimat:
أَنْتُمَا مُسْلَمَانِ، اَللهُ يَرْحَمُكُمَا
= kamu berdua adalah muslim, Allah merahmati kamu berdua
أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، اَللهُ يَرْحَمُكُمْ
= kalian (lk) adalah muslimun, Allah merahmati kalian
أَنْتُنَّ مُسْلِمَاتٌ، اَللهُ يَرْحَمُكُنَّ
= kalian (pr) adalah muslimat, Allah merahmati kalian
هُوَ مُسْلِمٌ، اَللهُ يَرْحَمُهُ
= dia (lk) adalah muslim, Allah merahmatinya
3) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Harf dalam kalimat:
هِيَ مُسْلِمَةٌ، عَلَيْهَا السَّلاَمُ
= dia (pr) adalah seorang muslimah, atasnya keselamatan
هُمَا مُسْلِمَانِ، عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ
= mereka berdua adalah muslim, atas mereka berdua keselamatan
هُمْ مُسْلِمُوْنَ، عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ
= mereka (lk) adalah muslimin, atas mereka keselamatan
هُنَّ مُسْلِمَاتٌ، عَلَيْهِنَّ السَّلاَمُ
= mereka (pr) adalah muslimat, atas mereka keselamatan
Gabungan Dhamir Nashab yang melekat pada Isim akan membentuk Isim Ma’rifah dengan pola Mudhaf-Mudhaf Ilaih dimana Isim di depannya merupakan Mudhaf sedang Dhamir Nashab di belakangnya merupakan Mudhaf Ilaih.
بَيْتِيْ (=rumahku) –> بَيْتٌ [Mudhaf] + ي [Mudhaf Ilaih]
كِتَابُكَ (=bukumu) –> كِتَابٌ [Mudhaf] + كَ [Mudhaf Ilaih]
مَدْرَسَتُهُمْ (=sekolah mereka) –> مَدْرَسَةٌ [Mudhaf] + هُمْ [Mudhaf Ilaih]
Dhamir Rafa’ dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat.Dalam kalimat: هُوَ يَرْحَمُهُمْ (= Dia menyayangi mereka):
- Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa’, sedangkan:
-
Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab.
فِعْل
FI’IL (Kata Kerja)
Fi’il atau Kata Kerja dibagi atas dua golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI’IL MADHY ( فِعْل مَاضِي ) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI’IL MUDHARI’ (
فِعْل مُضَارِع ) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
Baik Fi’il Madhy maupun Fi’il Mudhari’, senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis Dhamir dari Fa’il ( فَاعِل ) atau Pelaku pekerjaan itu.
Untuk Fi’il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi’il Mudhari’, perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
Dhamir
Fi’il Madhy
Fi’il Mudhari’
Tarjamah
أَنَا
فَعَلْتُ
أَفْعَلُ
= saya mengerjakan
نَحْنُ
فَعَلْنَا
نَفْعَلُ
= kami mengerjakan
أَنْتَ
فَعَلْتَ
تَفْعَلُ
= engkau (lk) mengerjakan
أَنْتِ
فَعَلْتِ
تَفْعَلِيْنَ
= engkau (pr) mengerjakan
أَنْتُمَا
فَعَلْتُمَا
تَفْعَلاَنِ
= kamu berdua mengerjakan
أَنْتُمْ
فَعَلْتُمْ
تَفْعَلُوْنَ
= kalian (lk) mengerjakan
أَنْتُنَّ
فَعَلْتُنَّ
تَفْعَلْنَ
= kalian (pr) mengerjakan
هُوَ
فَعَلَ
يَفْعَلُ
= dia (lk) mengerjakan
هِيَ
فَعَلَتْ
تَفْعَلُ
= dia (pr) mengerjakan
هُمَا
فَعَلاَ
يَفْعَلاَنِ
= mereka berdua (lk) mengerjakan
هُمَا
فَعَلَتَا
تَفْعَلاَنِ
= mereka berdua (pr) mengerjakan
هُمْ
فَعَلُوْا
يَفْعَلُوْنَ
= mereka (lk) mengerjakan
هُنَّ
فَعَلْنَ
يَفْعَلْنَ
= mereka (pr) mengerjakan
Perlu diketahui, bahwa dalam sebuah JUMLAH FI’LIYYAH ( جُمْلَة فِعْلِيَّة ) atau Kalimat Verbal (kalimat sempurna yang mengandung Kata Kerja), letak Fa’il (Pelaku) bisa di depan dan bisa pula di belakang Fi’il (Kata Kerja).
1) Untuk Dhamir Ghaib atau “orang ketiga” ( هُنَّ - هُمْ - هُمَا - هِيَ - هُوَ ).
a. Bila Fa’il mendahului Fi’il maka perubahan bentuk dari Fi’il tersebut harus mengikuti ketentuan Mudzakkar/Muannats dan Mufrad/Mutsanna/Jamak.
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Madhy yang terletak setelah Fa’il:
اَلْمُسْلِمُ دَخَلَ الْمَسْجِدَ
= muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَةُ دَخَلَتِ الْمَسْجِدَ
= muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَانِ دَخَلاَ الْمَسْجِدَ
= dua muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَتَانِ دَخَلَتَا الْمَسْجِدَ
= dua muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمُوْنَ دَخَلُوا الْمَسْجِدَ
= kaum muslimin memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَاتُ دَخَلْنَ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimat memasuki masjid
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Mudhari’ yang terletak setelah Fa’il:
اَلْمُسْلِمُ يَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
= muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَةُ تَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
= muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَانِ يَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ
= dua muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَتَانِ تَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ
= dua muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمُوْنَ يَدْخُلُوْنَ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimin memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَاتُ يَدْخُلْنَ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimat memasuki masjid
b. Sedangkan bila Fi’il mendahului Fa’il, maka bentuk Fi’il tersebut selalu Mufrad, (meskipun Fa’il-nya Mutsanna atau Jamak). Tetapi untuk bentuk Mudzakkar dan Muannats tetap dibedakan dengan adanya huruf Ta Ta’nits ( ت تَأْنِيْث ) atau “Ta Penanda Muannats” pada Fi’il yang Fa’il-nya adalah Muannats.
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Madhy yang terletak sebelum Fa’il:
دَخَلَ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ
= muslim itu memasuki masjid
دَخَلَتِ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ
= muslimah itu memasuki masjid
دَخَلَ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ
= dua muslim itu memasuki masjid
دَخَلَتِ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ
= dua muslimah itu memasuki masjid
دَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimin memasuki masjid
دَخَلَتِ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimat memasuki masjid
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Mudhari’ yang terletak sebelum Fa’il:
يَدْخُلُ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ
= muslim itu memasuki masjid
تَدْخُلُ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ
= muslimah itu memasuki masjid
يَدْخُلُ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ
= dua muslim itu memasuki masjid
تَدْخُلُ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ
= dua muslimah itu memasuki masjid
يَدْخُلُ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimin memasuki masjid
تَدْخُلُ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ
= kaum muslimat memasuki masjid
2) Untuk Fa’il lainnya ( أَنْتُنَّأَنْتُمْأَنْتُمَاأَنْتَأَنْتِنَحْنُأَنَا )
tetap mengikuti pola perubahan bentuk Fi’il sebagaimana mestinya.
Fi’il Madhy
Fi’il Mudhari’
دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ
(أَنَا) أَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
saya telah memasuki masjid
saya memasuki masjid
دَخَلْنَا الْمَسْجِدَ
(نَحْنُ) نَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
kami telah memasuki masjid
kami memasuki masjid
دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ
(أَنْتَ) تَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
engkau telah memasuki masjid
engkau memasuki masjid
دَخَلْتِ الْمَسْجِدَ
(أَنْتِ) تَدْخُلِيْنَ الْمَسْجِدَ
engkau (pr) telah memasuki masjid
engkau (pr) memasuki masjid
دَخَلْتُمَا الْمَسْجِدَ
(أَنْتُمَا) تَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ
kamu berdua telah memasuki masjid
kamu berdua memasuki masjid
دَخَلْتُمُ الْمَسْجِدَ
(أَنْتُمْ) تَدْخُلُوْنَ الْمَسْجِدَ
kalian (lk) telah memasuki masjid
kalian (lk) memasuki masjid
دَخَلْتُنَّ الْمَسْجِدَ
(أَنْتُنَّ) تَدْخُلْنَ الْمَسْجِدَ
kalian (pr) telah memasuki masjid
kalian (pr) memasuki masjid
Carilah sebanyak-banyaknya contoh-contoh Fi’il Madhy dan Fi’il Mudhari’ dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!
فِعْل اْلأمْر
FI’IL AMAR (Kata Kerja Perintah)
Fi’il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa’il (Pelaku) dari Fi’il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau “orang kedua” sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: أَنْتُنَّ – أَنْتُمْ – أَنْتُمَا – أَنْتِ – أَنْتَ .
Fa’il
Fi’il Amar
Tarjamah
أَنْتَ
اِفْعَلْ
= (engkau -lk) kerjakanlah!
أَنْتِ
اِفْعَلِيْ
= (engkau -pr) kerjakanlah!
أَنْتُمَا
اِفْعَلاَ
= (kamu berdua) kerjakanlah!
أَنْتُمْ
اِفْعَلُوْا
= (kalian -lk) kerjakanlah!
أَنْتُنَّ
اِفْعَلْنَ
= (kalian -pr) kerjakanlah!


Contoh dalam kalimat: dari fi’il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi’il Amar:
اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
= bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
= bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
= bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
= bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
= bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
Dari fi’il أَقَامَ (=mendirikan) menjadi Fi’il Amar:
أَقِمْ صَلاَتَكَ
= dirikanlah shalatmu (lk)
أَقِمِيْ صَلاَتَكِ
= dirikanlah shalatmu (pr)
أَقِمَا صَلاَتَكُمَا
= dirikanlah shalat kamu berdua
أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ
= dirikanlah shalat kalian (lk)
أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ
= dirikanlah shalat kalian (pr)
Dari fi’il كَبَّرَ (=membesarkan) menjadi Fi’il Amar:
كَبِّرْ رَبَّكَ
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (lk)
كَبِّرِيْ رَبَّكِ
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (pr)
كَبِّرَا رَبَّكُمَا
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu berdua
كَبِّرُوْا رَبَّكُمْ
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (lk)
كَبِّرْنَ رَبَّكُنَّ
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (pr)
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi’il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma’rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi’il tersebut berubah menjadi baris kasrah. Contoh:
الصَّلاَةَ
+
أَقِمْ
=
أَقِمِ الصَّلاَةَ

(=shalat)

(=dirikanlah)

(=dirikanlah shalat)

نَكِرَة – مَعْرِفَة
NAKIRAH (Sebarang) – MA’RIFAH (Tertentu)
Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
1.     ISIM NAKIRAH atau kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
  1. ISIM MA’RIFAH atau kata benda dikenal (tertentu).
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan Isim Ma’rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
Contoh Isim Nakirah:                           
  • بَيْتٌ (= sebuah rumah)
  • وَلَدٌ (= seorang anak)
Contoh Isim Ma’rifah:
  • اَلْبَيْتُ (= rumah itu)
  • اَلْوَلَدُ (= anak itu)
Coba bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan Isim Ma’rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ. اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ.
= Itu sebuah rumah. Rumah itu baru.
جَاءَ وَلَدٌ. اَلْوَلَدُ مُؤَدِّبٌ.
= Datang seorang anak. Anak itu sopan.
Selain Isim yang berawalan Alif-Lam, yang juga termasuk Isim Ma’rifah adalah:
1. ISIM ‘ALAM (Nama). Semua Isim ‘Alam termasuk Isim Ma’rifah, meskipun diantara Isim ‘Alam tersebut ada yang huruf akhirnya bertanwin.
Contoh: أَحْمَدُ (= Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)
2. ISIM DHAMIR (Kata Ganti). Yaitu kata yang mewakili atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau sekelompok benda/orang.
Contoh: أَنَا (= aku, saya), نَحْنُ (= kami, kita), هُوَ (= ia, dia)
Catatan Macam Fa’il:
1. Alif yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan alif itsnain ( أَلِفُ الإِثْنَيْنِ )
2. Wawu yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan wawu jama’ah (وَاوُ الْجَمَاعَةِ )
3. Nun yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan nun niswah ( نُوْنُ النِّسْوَةِ )
4. Ta’ yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan ta’ fa’il ( تَاءُ الْفَاعِلِ )
5. Ya’ yang berfungsi sebagi fa’il dinamakan ya mukhothobah ( يَاءُ الْمُخَاطَبَةِ )
Catatan Perbedaan Isim dan Fi’il:
Huruf tidak ada ciri khusus. Untuk mengetahuinya harus dihafal.
Suatu kata sudah cukup dikatakan sebagai isim atau fi’il apabila telah menerima salah satu dari tanda di atas.
Pada ciri isim, antara tanda “tanwin” dan “alif lam” tidak akan pernah bertemu.
Untuk fi’il, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri isim dan menghafal macam-macam huruf. Apabila tidak termasuk isim maupun huruf berarti dia termasuk fi’il.

TASRIF LUGHOWY

Pengertian Tasrif Lughowy : Ilmu yang mempelajari tentang perubahan kalimat dari bentuk satu ke bentuk lainnya dengan meninjau mufrod tasniyah jamaknya, mudzakkar mu’annatsnya, serta ghoib khitob dan takallumnya.
Mufrod : kalimat yang menunjukkan arti satu
Tatsniyah : kalimat yang menunjukkan arti dua
Jamak : kalimat yang menunjukkan arti tiga atau lebih
Mudzakkar : kalimat yang menunjukkan arti laki-laki
Mu’annats : kalimat yang menunjukkan arti permpuan
Ghoib : kalimat yang menunjukkan arti orang yang di bicarakan ( orang ke 3 )
Khitob : kalimat yang menunjukkan arti orang yang diajak berbicara
Takallum : kalimat yang menunjukkan arti orang yang berbicara.
Perubahan kalimat itu secara garis besar terbagi menjadi tiga perubahan yaitu :
1.     Mufrod – tatsniyah – jamak
2.     mudzakkar – mu’annats
3.     ghoib – khitob – takallum
Dari perubahan besar itu secara terperinci perubahan kalimat secara tasrif lughowy dapat berubah menjadi 14 perubahan yaitu.
1.     Mufrod Mudzakkar Ghoib : orang yang melakukan adalah satu orang laki-laki yang di bicarakan.
2.     Tatsniyah Mudzakkar Ghoib : orang yang melakukan adalah 2 orang laki-laki yang di bicarakan.
3.     Jamak Mudzakkar Ghoib : orang yang melakukan adalah 3 orang laki-laki / lebih yang di bicarakan.
4.     Mufrod Mu’annats Ghoibah : orang yang melakukan adalah 1 orang perempuan yang di bicarakan.
5.     Tatsniyah Mu’annats Ghoibah : orang yang melakukan adalah 2 orang perempuan yang di bicarakan.
6.     Jamak Mu’annats Ghoibah : orang yang melakukan adalah 3 orang perempu-an/lebih yang di bicarakan.
7.     Mufrod Mudzakkar Mukhotob : orang yang melakukan adalah 1 orang laki-laki yang di ajak bicara.
8.     Tatsniyah Mudzakkar Mukhotob : orang yang melakukan adalah 2 orang laki-laki yang di ajak bicara.
9.     Jamak Mudzakkar Mukhotob : orang yang melakukan adalah 3 orang laki-laki / lebih yang di ajak bicara.
10.            Mufrod Mu’annats Mukhotobah : orang yang melakukan adalah 1 orang perempuan yang di ajak bicara.
11.            Tatsniyah Mu’annats Mukhotobah : orang yang melakukan adalah 2 orang perem-puan yang di ajak bicara.
12.            Jamak Mu’annats Mukhotobah : orang yang melakukan adalah 3 orang perem-puan/lebih yang di ajak bicara.
13.            Mutakallim Wahdah : orang yang melakukan adalah 1 orang yang berbicara.
14.            Mutakallin ma’al Ghoir / ta’dzimun Nafsah : Orang yang melakukan adalah orang yang berbicara dan lebih dari 1 orang / satu orang yang berbicara dan meng-agungkan terhadap dirinya sendiri.